JALUR
PENDAKIAN GUNUNG
Gunung
Karang
Gunung berapi
Karang terletak di Kab.Pandeglang, Provinsi Banten,didekat pantai barat Carita.
Jakarta - Pandeglang, turun di Pasar Pandeglang, Pasar Pandeglang - Kadu Engan
yang merupakan Desa terakhir di kaki Gunung Karang. Dari situ lapor ke
Kades/Kuncen (ziarah dulu) baru melanjutkan perjalanan. Rute menanjak terus,
tanpa sumber air (disarankan bawa dari bawah). Sumber air hanya dapat diperoleh
di puncak gunung (sumur 7) atau sumur Bandung (500 lewat puncak) Bila musim
kemarau maka mata airnya kering. Perjalanan dari Kadu Engan ke Sumur Tujuh
dapat ditempuh dalam waktu 4 - 5 Jam.
Gunung
Salak
Gunung ini
dapat didaki dari beberapa jalur diantaranya jalur yang umum sering dipakai
adalah jalur dari Wana Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi,
dari Cangkuang ini ada dua jalur yakni jalur lama yang menuju puncak Gunung Salak 1
dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Jalur yang penuh dengan nuansa mistik
untuk berjiarah adalah jalur dari Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya,
Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
JALUR CANGKUANG CIDAHU
Jakarta naik bus jurusan Sukabumi atau
kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi turun di Cicurug.
Dari Cicurug naik angkot jurusan Cidahu.
Dari Bumi perkemahan - Shelter I = 1 jam
*Shelter I - Shelter II = 1 jam
*Shelter II - Shelter III = 1 jam
*Shelter III - Shelter IV = 1 jam
*Shelter IV - Shelter V = 1 jam
*Shelter V - Shelter VI = 1 jam
*Shelter VI - Shelter VII = 1 jam
*Shelter VII - Puncak = 30 menit
MENUJU KAWAH RATU
Dari Shelter IV masih diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk menuju Kawah Ratu.
Kawah ini terdiri 3 kawah, Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah mati),
Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu termasuk kawah aktif dan secara berkala
mengeluarkan gas berbau belerang.
JALUR GIRI JAYA ( CURUG PILUNG )
Puncak Gunung Salak dapat melalui Jalur Giri Jaya dengan waktu tempuh sekitar 5
- 8 jam perjalanan. Jalur ini tepatnya berada di Wana Wisata Curug Pilung, Desa
Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Untuk menuju desa Giri Jaya
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan Ojek dari Cicurug dengan ongkos
sekitar Rp. 7.500,- Atau pendaki dapat berjalan kaki dengan waktu tempuh
sekitar 3 jam perjalanan. Tidak ada kendaraan umum yang menuju Giri Jaya
sehingga tempat ini tidak begitu dikenal.
* Cicurug (Jakarta -Sukabumi)
* Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu
* Pertapaan Eyang Santri
* Perkebunan Damar
* Hutan Tropis
* Makam Pangeran Santri
* Shelter VII
* Puncak Gn. Salak 1
JALUR GIRI JAYA ( CISAAT - CICURUG )
Jakarta - Sukabumi turun di Cicurug, kemudian disambung dengan menggunakan
mobil angkot ke Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. yang
hanya ada di pagi hari. Dapat juga di tempuh dengan menggunakan kendaraan ojeg
yang ongkosnya berkisar Rp.10.000,- bila ingin berjalan kaki dapat memakan
waktu sekitar 3,5 jam.
* Cicurug (Jakarta -Sukabumi)
* Cicurug - Cisaat
* Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu
* Gapura pintu masuk Gn. Salak
* Kebun dan Persawahan
* Hutan tropis
* Makam Pangeran Santri
* Shelter VII
* Puncak Salak I
Gunung
Gede - Pangrango
Gunung Gede dan Gunung Pangrango terletak di Jawa Barat. Puncak-puncaknya terlihat dari
Cibodas. Gunung Pangrango berbentuk
segitiga runcing sedangkan Gunung Gede berbentuk kubah. Ada 3 jalur utama
pendakian menuju Gunung Gede dan Gunung Pangrango; jalur Cibodas, jalur
putri dan Jalur Salabintana.
Jalur Cibodas
Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan
Jakarta atau Bogor yg lewat puncak
Turun di pertigaan Cibodas, lalu naik angkot ke Cibodas.
Pos Penjagaan – Telaga Biru = 20 menit
Telaga Biru – Pos Panyancangan = 30 menit
Pos Panyancangan – Air Panas / Pemandangan = 2 jam
Air Panas – Kandang Batu = 20 menit
Kandang Batu – Kandang Badak = 1 – 1,5 jam
Dari kandang badak ada 2 puncak yg bisa
dituju
a. Kandang Badak – Puncak Gede = 1,5 – 2 jam
b. Kandang Badak – Puncak Pangrango = 2 – 3 jam
Puncak Gede – Alun-alun Suryakencana =
30 menit
Alun-alun – Pos Penjagaan Putri = 3 – 4 jam (Turun lewat Jalur Putri)
NB = Air sepanjang Jalur Cibodas sangat
berlimpah. Terakhir dpt ditemui di Kandang Badak.
Jalur Putri
Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan
Jakarta atau Bogor yg lewat puncak
Turun di Pasar Cipanas, lalu naik angkot ke Putri.
Pos Penjagaan – Buntut Lutung = 1 jam
Buntut Lutung – Alun-alun Suryakencana = 3 – 4 jam.
Alun-Alun Suryakencana – Puncak Gede = 1 – 1,5 jam
NB = Air tidak sebanyak jalur Cibodas,
hanya bisa ditemui dibawah, dan di Alun-alun Suryakencana.
Catatan :
Pendakian ke Taman Nasional Gunung Gede
– Pangrango saat ini harus dengan sistem booking, dimana para pendaki harus
mencatatkan dirinya minimal 3 hari sebelum pendakian di Kantor TNGP Cibodas
(utk semua jalur). Dengan persyaratan membayar karcis masuk disertai fotocopy
ktp asli yang masih berlaku. Pendakian dilakukan minimal 3 orang dalam satu
group.
Gunung
Ceremai
Gunung
Ceremai memiliki keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan gunung-gunung
lain di Pulau jawa, gunung ini terletak berjauhan dari gunung-gunung tinggi
lainnya dan dekat dengan Laut Jawa.
Jalur Linggar Jati
Dari
terminal Cirebon, naik bus menuju Kuningan turun di Cilimus. Dari Cilimus kita
ganti kendaraan ojek atau colt ke desa Linggarjati. Jika ingin mendaki G.
Ceremai sebelumnya harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari petugas jaga
disana.
Linggar Jati – Batu Lingga = 6 – 7 jam
Batu Lingga – Puncak = 4 – 5 jam
NB : Air hanya ada di Cibunar (base
camp dibawah)
Jalur Apuy
Dari
Bandung / Kadipaten naik Colt/bis jurusan Cikijing, turun di Pasar Maja. Dari
Pasar Maja naik pick-up (bak terbuka) ke Apuy. Melaporkan diri ke Pak Suljo
(PenjagaGn. Ceremai) atau Mantri Kehutanan dan bayar administrasi 3500.
*Apuy - Pos I = 1 jam
*Pos I – Pos II (Perempatan Lima 2200 mdpl ) = 1 jam
*Pos II - Pos III (Tegal Mawasa 2400 mdpl) = 1 jam
*Pos III - Pos IV (Tegal Jamuju 2.600 Mdpl) = 1 jam
*Pos IV - Pos V (Sanghiang Rangkah 2800 Mdpl) = 1 jam
*Pos V - Gua Walet (2950 Mdpl) = 30 menit
*Gua Walet - Puncak = 30 menit
Air dapat ditemukan antara Pos I dan
Pos II. Terakhir terdapat di Gua walet (saat musim hujan)
Gunung
Slamet
Gunung Slamet
merupakan gunung nomor dua tertinggi di
Pulau Jawa. Untuk menuju puncak G. Slamet ada 3 jalur; lewat sebelah barat, lewat Batu Raden dan lewat Bambangan, dari ketiga jalur
tersebut yang terdekat adalah lewat jalur Bambangan.
Jalur Bambangan
Purwokerto ke arah Purbalingga dan
dilanjutkan ke Bobotsari.
Dari Bobotsari menuju desa Penjangan dengan menggunakan truk atau mobil pick-up
Dari desa Penjangan - Bambangan
pos jaga ada disana.
Berjalan ke
arah kanan, kita akan melewati kebun sayur dan hutan pinus, bila naik terus
akan masuk ke dalam hutan tropika yang indah. Sebelum sampai di Samalantu, pada
ketinggian 2.900 m, ada sebuah bangku untuk beristirahat dan juga terdapat
sebuah pondok yang rusak, pada umumnya para pendaki beristirahat dan bermalam
disini.
Bila naik
terus 1-2 jam lagi, kita akan sampai si Sampiyan Jampang, inilah batas antara
antara hutan terakhir dan dari sini pula kita dapat melihat matahari terbit.
Dari Sampiyan Jampang perjalanan menuju puncak ditempuh dalam waktu 1-2 jam
dengan melalui batu-batu lahar yang cukup sukar.
Setelah kita
tiba di puncak, akan terlihat hamparan padang lahar yang sungguh luas dan
menakjubkan, kita juga dapat menyaksikan pemandangan yang eksotis ke arah kawah
yang masih aktif. Ledakan besar pada kawah ini terjadi pada tanggal 13 Juli
1988.
Pendakian
dari Bambangan ke Samarantu memerlukan wktu 6 jam, dari Samarantu menuju puncak
G.Slamet sekitar 2-3 jam lagi, dan untuk turunya diperlukan waktu 4-5 jam.
Gunung
Sindoro Sumbing
Gunung Sindoro dan G. Sumbing serupa sekali, berapi dan berkerucut.
Diperkirakan gunung-gunung itu berasal dari sumber dan masa yang sama. G.
Sindoro dan G. Sumbing dipisahkan oleh sebuah jalan raya yang menghubungkan
Kota Wonosobo dan Kota Magelang.
Menuju puncak
G. SindoroDari Magelang - Wonosobo dan turun di jalan raya tertinggi di desa
Kledung.
Di Kledug harus ke Kepala Desa untuk memperoleh informasi dan kita dapat
bermalam di rumah kepala Desa Kledung ini, Air harus dipersiapkan disini perjalanan
ke puncak dimulai melalui kebun sayur, hutan pinus dan terus naik. Mendekati
puncak, kita mengambil jalan memutar dari kiri ke kanan ke arah puncak. Dari
desa Kledung menuju ke puncak memakan waktu 8 jam dan turunnya kita membutuhkan
waktu 5 jam.
Untuk menuju
puncak G. Sumbing, kita turun dari bus di gapura desa Garung dimana jalan mulai
menurun ke Kota Wonosobo.
Perjalanan
melalui kebun sayur dan jalan menanjak seperti dalam saluran air. Kita kemudian
melewai kebun akasia dan menjumpai padang rumput, dari sini kita dapat melihat
puncak G. Sumbing. Perjalanan sampai ke punggung gunung, makin lama makin curam
dan disini terdapat batu besar tempat berlindung dari hembusan angin yang
keras. Dari tempat ini menuju ke puncak masih dibutuhkan waktu 1-2 jam lagi.
Puncak G.
Sumbing berbentuk kaldera kecil yang bergaris tengah 800 m dengan kedalaman
50-100 m, dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus
turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi. Di kaldera G. Sumbing banyak
kawah kecil dimana asap belerang keluar, yang merupakan pemandangan yang
menarik.
Daru desa
Butuh untuk menuju puncak memakan waktu 8 jam perjalanan sedangkan turunnya
memakan waktu 5 jam. Air harus sudah dipersiapkan secukupnya di desa garung,
untuk perjalanan menuju puncak dan kembalinya, karena dalam perjalanan tidak
ada mata air lagi.
Gunung
Merbabu
Gunung
Merbabu dan G. lawu keduanya amat serupa.
Kedua gunung itu tidak mempunyai kawah yang aktif karena tergolong gunung api
tua, dan berbentuk dataran tinggi yang lebar dan terpisak puncak-puncaknya oleh
erosi dan hampir kehilangan hutan alamnya.
Dari
Selatan, di desa Selo kita bias menuju ke G. Merapi maupun G. Merbabu. Jalur
yang lainnya yaitu arah utara; Kopeng, yang hanya menuju G. Merbabu.
Jogjakarta -Magelang – Salatiga –
Kopeng.
Dari Kopeng kemudian perjalanan diteruskan menuju desa Tekala. Di desa Tekala
ini hendaknya para pendaki melengkapi perbekalan yang dirasa masih kurang, dan
air harus dipersiapkan untuk pendakian maupun kembalinya secara cukup, karena
dalam perjalanan ini tidak ada mata air sama sekali.
Perjalanan
akan melalui kebun sayur dan kebun akasia, naik terus sampai ke punggung gunung
dan kita akan jumpai sebuah pondok yang telah rusak yang berada di ketinggian
2.4000 m dpl. Dari sini menuju puncak melalui lagi punggungan gunung dan dimana
dapat terlihat pemandangan yang sangat indah dengan leluasa tanpa terhalang
pepohonan. Di puncak yang pertama terdapat sebuah pondok untuk mengukur cuaca
yang berada pada ketinggian 2.800 mdpl. Dari sini kita akan menuju puncak
tertinggi yang sudah terlihat jelas didepan kita dengan membutuhkan waktu 1-2
jam perjalanan. Ditengah perjalanan ini kita akan menemui bekas kawah dan
punggung gunung terjal dan curam. Total perjalanan dari Kopeng menuju puncak
memakan waktu 8 jam dan turunya membutuhkan waktu 5 jam.
Apabila
kita ingin mengadakan pendakian yang praktis atau pendakian marathon
Merapi-Merbabu, kita bias mulai mendaki dari desa Selo Kabupaten Boyolali, Akan
tetapi mendaki G. Merbabu dari desa Selo cukup terjal dan melelahkan. Lagi pula
kita harus mendaki sebuah gunung lagi yang tingginya hampir sama dengan puncak
G. Merbabu. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Total perjalanan ke puncak
Merbabu 6-7 jam, dan turunnya 5 jam.
Gunung
Merapi Jogja
Jalur Utara (SELO)
Yogyakarta - Magelang - Boyolali turun
di Selo.
Biasanya para pendaki berangkat dari
Selo sekitar pukul 2 atau 3 pagi yang memakan waktu selama 4-5 jam perjalanan.
Di Selo, persediaan air harus dicukupi, karena dalam perjalanan menuju puncak
sudah tidak ada mata air. Jalan setapak dari Selo terus menanjak dan akan
ditemui Hutan Pinus, setelah perjalanan 2–3 jam kita akan sampai diperbatasan
hutan dan daerah berpasir. Dari sini kita berjalan langsung ke Puncak garuda
selama 1-2 jam. Turun dari Puncak Garuda sampai desa Selo memakan waktu 3-4
jam.
Jalur
Selatan (Kaliurang / Bebeng)
Jakarta - Jogja
Jogja - Dsn. Kinahrejo, Ds. Bebeng
Dsn. Kinahrejo - Pos Bayangan : 15 Menit
Pos Bayangan - Pos I : 45 Menit
Pos I - Pos II ( Labuhan dalem ) : 30 Menit
Labuhan dalem ini merupakan semacam
tempat berdoa. Atau tempat mengadakan upacara2 Jawa, yang menghubungkan
Kesultanan Yogyakarta dan Penguasa Gunung Merapi. Minggu ini katanya ada
upacara labuhan di sini.. Sayang gak sempet menyaksikan.
Pos II - Pos III : 1 Jam
Pos III - Pos IV : 45 Menit
Pos IV - Kendit : 15 Menit
Kendit ini merupakan batas vegetasi.
Kendit - Puncak Kawah : 1.5 - 2 Jam
NB : Jalur Selatan ini sangat sulit dan berbahaya, diperlukan
perlatan memanjat untuk bisa ke atas. Jalurnya lebih banyak yg blank, tak ada
jalur resmi jadi harus mencari sendiri.
Gunung
Lawu
Gunung Lawu
terletak dekat dengan kota dan jalan raya, karenanya lebih mudah dicapai,
sehingga banyak sekali pendaki naik ke puncak G. lawu.
Surabaya – Madiun - Sarangan terus ke
Cemorosewu.
Atau dari Surakarta - Tawangmangu, ganti Colt jurusan Sarangan dan berhenti di
Cemorosewu.
Di Cemorosewu kita harus melaporkan
diri ke PERHUTANI serta melengkapi perbekalan pendakian. Dalan pendakian dari
Cemorosewu menuju puncak, kita akan menjumpai 4 buah pondok pada ketinggian
berturut-turut, yaitu 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m, dan 2.800 m dan Pesanggrahan
Argo Dalem pada ketinggian 3.100 mdpl.
Puncak G. Lawu berupa dataran yang
berbukit-bukit, serta masih banyak dijumpai sisa-sisa kawah yang telah lama
tidak aktif. Dari puncaknya kita bias menyaksikan panorama yang sangat menawan
juga lembah Tawangmangu dan sarangan dengan danaunya yang indah.
Dari Cemorosewu sampai ke puncak
memakan waktu 7-8 jm, sedangkan turunya membutuhkan waktu 4 ajm. Mata air dapat
kita jumpai sebelum pertigaan pesanggrahan Argo Dalem, 1-2 jam perjalanan dari
pondok terakhir
Gunung
Arjuna-Welirang
Puncak G. Arjuna dan G.
Welirang terletak pada satu gunung yang sama. G.
Arjuna dapat didaki dari berbagai arah; arah Utara (Tretes) melalui G.
welirang, dari arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).
Surabaya - Malang, turun di Pandaan -
Tretes.
Dari Pos PHPA
Tretes kita dapat langsung mendaki G. Welirang atau berbelok kekiri langsung ke
arag G. Arjuna. Perjalanan dari pondok sampai ke puncak G. Welirang, akan
melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu. Setelah berjalan 3-4 jam kita akan
sampai di puncak G. Welirang. Di bawah puncak G. Welirang ada sebuah kawah yang
menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak G. Welirang
memakan waktu 7-8 jam.
Bila kita
akan melanjutkan perjalanan menuju G. Arjuna maka setelah kita sampai di puncak
G. Welirang kita berjalan turun sekitar 10 menit tepatnya kearah selatan. Hutan
yang dilalui adalah hutan cemara dengan melewati satu jurang dan pinggiran G.
Kembar I dan G. Kembar II setelah berjalan 6-7 jam kita akan sampai di puncak
G. Arjuna. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinamakan “Pasar
Dieng”, ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat
batu-batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak
luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu 10 menit. Untk
mencapai G. Arjuno dari G. Welirang dibutukan waktu 5-6 jam. Puncak G.Arjuna disebut
dengan“puncak Ogal-Agil”atau“Puncak Ringgil”, Turun ke kota Lawang yaitu kearah
timur kurang lebih 6 jam.
Jalur Lawang
Surabaya - Malang turun Lawang.
Dari Lawang - desa Wonorejo.
Disini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian,
persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini.
Dari desa Wonosari terus berjalan dan
melewati kebun the Wonosari serta terus naik selama 3-4 jam perjalanan kita
akan sampai di “Oro-oro Ombo” yang merupakan tempat berkemah. Dari “oro-oro
Ombo” menuju puncak dibutuhkan 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat
yang disebut hutan “Lali Jiwo”. Untuk menuju puncak terakhir ini, setelah kita
melewati Hutan Lali Jiwo, kita akan melalui padang rumput yang jalannya
menanjak (curam) sekali. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati
batu-batu yang sangat banyak dan menyerupai taman yang sangat indah setelah itu
kita akan mencapai puncak G. Arjuna.
Rute pendakian lainnya yaitu dari kota
Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah barat G. Welirang. Dari Kediri /
Malang - Batu – Selecta - desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air
secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya.
Mendaki selama 5-6 jam akan mengantarkan
kita pada punggungan gunung yang menghubungkan puncak G. Welirang dan G.
Arhuno, tepatnya sebelah tenggara G. Kembar I. Kita masih harus menempuh
perjalanan 1-2 jam lagi untuk menuju puncak G. Welirang ke arah kiri atau G.
Arjuno ke arah kanan selama 4-5 jam .
Gunung
Semeru Bromo
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam 4 wilayah Kabupaten, yaitu;
Kab. Probolinggo, Kab. Pasuruan, dan Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini
banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun domestik, terutama kawasan Bromo.
Untuk menuju
G. Bromo dari arah Pasuruan. Dari Surabaya - Probolinggo turun di Pasuruan -
Tosari-Wonokitri. Disini kita meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau
masuk ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.
G. Pananjakan
mrupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan G. Bromo, dimana Kawah Bromo
nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotik, dengan kepulan asap dan
warna-warni punggungan bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnya dan
hamparan padang pasir mengelilinginya. Disini pemandangan matahari terhimpun
nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latanya.
Bila dari
arah Probolinggo - Sukapura terus ke Ngadisari. Dari Ngadisari - Cemoro Lawang
3 Km.
Suhu kawasan
Bromo antara 5-14 derajat selsius. Dari padang pasir Bromo kita dapat naik ke
G. batok, G. Kursi, maupun Gunung Pananjakan. Di kawasan H. Bromo ini banyak
dijumpai panorama yang sangat menakjubkan.
Malang -
Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200 m) dengan melewati desa Gubug
Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan truk atau Jeep. Ranupane menuju
Ranu Kumbolo 2.400 m dpl berjarak 13 Km memakan waktu 3-4 jam. Dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati (2.700 m) di
tempuh 2-3 jam. Air dapat dicapai di Sumbermani, kearah barat menelusuri
pinggiran hutan kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam. Kalimati - Puncak ditempuh 3-4 jam. Dari
puncak turun kembali ke Kalimati membutuhkan waktu1-2 jam, dan 2-3 jam untuk
sampai di Ranu Kumbolo. Dari Ranu Kumbolo menuju Ranu Pane dibutuhkan waktu 3
jam. Turun dari Ranupane kearah Tumpang
kita dapat juga menuju kawasan G. Bomo, melalui pertigaan Jemplang (2 Km.
Sebelum desa Ngadas) ke arah kanan.
Gunung
Argopura
Gunung Argopuro
memiliki banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan
sebagian lainnya lebih muda. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m
dpl.
Jalur Baderan
atau lewat desa Bremi, Kab. Probolinggo. Tetapi dianjurkan lewat desa Bremi
saja, karena lebih cepat. Dari terminal Bis Probolinggo - Bremi, jam 6.00 pagi
dan jam 12.00 siang. Sebelum mendaki kita melapor pada polisi atau petugas PHPA
setempat untuk meminta ijin pendakian.
Setelah
berjalan 3 jam sampai di Danau Taman Hidup. Lalu meneruskan pendakian ke puncak
dengan mengitari separuh danau ke kiri, dengan menempuh perjalanan 6 jam.
Puncak Argopuro disebut “Puncak Dewi Rengganis”, karena disana terdapat patung
Dewi Rengganis. Puncak Dewi Rengganis ini, merupakan bekas kawah belerang.
Turun dari
puncak Argopuro, kita dapat memilih turun dengan mengintari gunung lewat
Alun-alun Besar, kemudian menuju Besuki lewat Baderan. Alternatif lainnya yakni
kembali lewat jalan semula yaitu Bremi. Alun-alun Besar adalah hamparan padang
rumput yang luas, dan pernah direncanakan sebagai landasan pesawat terbang
militer pada saat Tentara pendudukan Jepang.
Gunung Argopuro jarang didaki, hanya pada waktu-waktu tertentu saja, saat
liburan sekolah atau musim kemarau. Gunung Argopuro sesungguhnya merupakan
gunung yang menarik, karena selain pemandangannya yang indah, gunung ini juga
dikenal memiliki banyak peninggalan bersejarah dari jaman kerajaan sampai masa
pendudukan Jepang.
Hutan
dikawasan G. Argopuro merupakan hutan yang masih asli. Binatang-binatang liar
masih banyak dijumpai di daerah ini, seperti kijang, monyet, babi hutan, burung
merak, ular, dan lainnya.
Gunung
Raung
Gunung Raung adalah
sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari gunung pada umunya di
Pulau Jawa. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang sekitar
500 meter dalamnya, selalu berasap dan sering menyemburkan api. G. Raung
termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak
kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.
Dari
Bondowoso - desa Sumber Wringin Perjalanan diawali dari desa Sumber Wringin
melalui kebun pinus dan perkebunan kopi, menuju Pondok Motor atau Pos pendaki
dimana dapat menjumpai seorang juru kunci yang bernama P. Serani. Di Pondok
Motor kita dapat melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu
sekitar 9 jam.
Dari Pondok
Motor ke G. Raung, kita akan melewati perkebunan kopi, hutan pinus, hutan
cemara, terus sampai di dataran tempat dimana kita dapat berkemah. Perjalanan
dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya
menuju puncak G. Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat
berkemah menuju puncak G. Raung, hanya memerlukan waktu sekitar 2 jam saja.
Sedangkan perjalanan turun, memakan waktu sekitar 7 jam.
Dalam
perjalanan ke puncak G. Raung, tidak ada sumber air. Sebaiknya untuk air
dipersiapkan di Sumber Wringin atau Sumber Lekan. Untuk mendaki G. Raung tidak
diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di
Sumber Wringin.
Gunung Rinjani
Gunung
Rinjani dengan ketinggian 3.726mdpl, mendomonasi sebagian besar luas pulau
Lombok. Terletak disebelah timur pulau Bali, dapat ditempuh dengan bus langsung
Jakarta-Mataram dengan menyeberang menggunakan ferry dua kali (selat bali dan
selat lombok). Dapat juga ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang dari Bali.
Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ke dua di Indonesia di luar pegunungan
Irian Jaya. Gunung Rinjani masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani,
dengan luas taman sekitar 40.000 hektar. Dikelilingi oleh hutan dan semak
belukar seluas 76.000 hektar.
Gunung Rinjani memiliki kawah dengan lebar sekitar 10 km, terdapat danau kawah
yang disebut danau Segara Anak dengan kedalaman sekitar 230m. Air yang mengalir
dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang
yang curam. Danau Segara Anak ini banyak terdapat ikan mas dan mujair, sehingga
sering digunakan untuk memancing. Dengan warna airnya yang membiru, danau ini
bagaikan anak lautan, karena itulah disebut "Segara Anak". Danau
segara anak menyimpan berbagai misteri dan dan kekuatan gain, itulah sebabnya
manusia merasa betah tinggal lama di tempat ini. Disinilah komunitas mahkluk
gaib yang disebut Jin bermukim dalam jumlah yang sangat banyak. Keyakinan
masyarakat apabila Danau Segara Anak terlihat luas menandakan bahwa umur orang
orang yang melihat itu masih panjang. Sebaliknya jika tampak sempit maka
menandakan umur si penglihat pendek, untuk itu harus melakukan bersih diri
artinya harus berjiwa tenang, bangkitkan semangat hidup, pandang kembali danau
sepuas-puasnya. Setiap tahun diadakan upacara adat di danau ini baik oleh
masyarakat yang beragama Hindu Bali atau pun Islam masyarakat Sasak. Masyarakat
Hindu Bali dua kali setahun mengadakan upacara agama di danau ini. Masyarakat
Sasak bisa beberapa kali mengadakan perjalanan dalam satu tahun. Terdapat air
terjun kokok putih dan juga air panas yang sering dikunjungi orang untuk tujuan
pengobatan. Jalur yang biasa digunakanan para pendaki ialah jalur Sembalun
Lawang yang panjang dan jalur Senaru yang lebih pendek namun lebih terjal.
Desa Senaru terletak di wilayah Lombok Barat, berjarak sekitar 80 km dari kota
Mataram, berada di sebelah utara lereng Rinjani. Terdapat juga air terjun yang
sangat menarik, yakni air terjun Sinanggile. Di desa inilah terdapat kantor
Rinjani Trek Center yang berada pada ketinggian 601 mdpl.
Curah hujan yang terjadi berkisar antara 2.000 - 4.000 mm/tahun. Pada bulan
desember - januari biasanya ombak di selat lombok sangat besar sehingga sangat
menyiksa bagi yang mabuk laut. Perjalanan ferry dari Bali ke Lombok bisa lebih
lama bila sedang musim ombak besar lebih dari 2 jam.
Disebelah selatan dan barat Gunung Rinjani di tumbuhi hutan hujan semi selalu
hijau primer. Pada ketinggian 1.000 - 2.000 meter banyak ditumbuhi Dysoxylum
sp, pterospermum, dan Ficus superba. Pada ketinggian 2.000 - 3.000 meter banyak
ditumbuhi cemara gunung Casuarina junghuhniana. Pada ketinggian diatas 3.000
meter yang miskin akan tumbuhan, hanya ditumbuhi rumput dan edelweiss (
Anaphalis javanica ). Di sebelah timur gunung yang bertiup angin musim kering,
banyak ditumbuhi pohona casia. Puncak Gunung Rinjani diyakini oleh masyarakat
Lombok sebagai tempat bersemayam ratu jin, penguasa gunung Rinjani yang bernama
Dewi Anjani. Dari puncak ke arah tenggara terdapat sebuah kaldera lautan debu
yang dinamakan Segara Muncar. Pada saat-saat tertentu dengan kasat mata dapat
terlihat istana Ratu Jin. Pengikutnya adalah golongan jin yang baik-bauk.
Menurut kisah masyarakat Lombok Dewi Anjani adalah seorang putri raja yang
tidak diijinkan oleh ayahnya menikah dengan kekasih pilihannya, maka ia pun
menghilang di sebuah mata air yang bernama Mandala, dan akhirnya dia menjadi
penguasa dunia gaib Diantara 109 jenis burung yang tercatat di gunung Rinjani,
terdapat beberapa diantaranya adalah jenis burung yang ada di Australia.
Terdapat monyet perak yang berasal dari bali, rusa, dan landak. Di Pelawangan
Sembalun terdapat monyet ekor panjang yang suka menggangu kemah para pendaki,
mereka sangat pandai membuka tenda untuk mengambil makanan, jangan pernah
meninggalkan tenda tanpa penjagaan, selain itu monyet-monyet sangat garang dan
berani.
Jalur
Resmi Pendakian Gunung Rinjani
Ada beberapa jalur utama dan resmi yang sering dugunakan oleh pendaki ke Gunung
Rinjani. Berikut jalur-jalur tersebut:
Jalur Sembalun
- Mataram - Sembalun (± 4-5 jam kendaraan umum)
- Sembalun Lawang - Puncak Gunung Rinjani ( ± 7 Jam Jalan Kaki)
- Sembalun Lawang - Danau Segara Anak (± 2-3 Jam Jalan Kaki )
Jalur Senaru
- Mataram - Senaru (± 3-4 Jam Kendaraan Umum)
- Senaru - Danau Segara Anak (± 7-10 Jam Jalan Kaki)
- Danau Segara Anak - Pelawangan Sembalun (± 4 Jam Jalan Kaki)
- Pelawangan Sembalun - Puncak Rinjani (± 2-3 Jam Jalan Kaki)
Jalur Torean
- Mataram - Torean (± 4-5 Jam Kendaraan Umum)
- Torean - Danau Segara Anak (± 8-9 Jam Jalan Kaki)
Jalur Senaru
Jalur pendakian Senaru merupakan jalur pendakian paling ramai, hal ini
disebabkan selain sebagai jalur wisata treking juga kerap dipergunakan sebagai
jalur pendakian oleh masyarakat adat yang akan melakukan ritual adat/keagamaan
di puncak Rinjani atau Danau Segara Anak. Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek
Centre) Senaru
Rute pendakian yaitu Senaru - Pelawangan Senaru - Danau Segara Anak dengan
berjalan kaki memakan waktu ± 10 - 12 jam melalui trail wisata yang berada
dalam hutan primer dan sepanjang jalan trail telah disediakan sarana
peristirahatan pada setiap pos. Dari pintu gerbang Senaru sampai Danau Segara
Anak terdapat tiga pos. Sepanjang jalan trail pengunjung dapat menikmati
keindahan hutan belantara dan bebatuan yang menakjubkan.
Untuk memperoleh informasi mengenai pendakian Gunung Rinjani telah disediakan
Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek Centre) atas kerjasama Balai Taman
Nasional Gunung Rinjani dengan NZAID (New Zealand Asistance International
Development), Dari Danau Segara Anak bila anda ingin melanjutkan perjalan ke
Puncak Gunung Rnjani anda harus menuju ke pelawangan sembalun yang membutuhkan
waktu ± 4 Jam, dari pelawangan sembalun ke Pucak Rinjani membutuhkan waktu 4 -
5 Jam.
Pendakian ke puncak umumnya dilakukan pada pukul 02 dinihari, ini dimaksudkan
agar pada pagi harinya dapat menikmati matahari terbit (Sunrise) dari Pucak
Gunung Rinjani serta dapat menikmati pemandangan seluruh pulau Lombok bahkan
pulau Bali apabila cuaca cerah.
Jalur Sembalun
Jalur Sembalun merupakan jalur yang ramai dilalui oleh pengunjung terutama oleh
para penggemar treking. Rute yang dilalui adalah gerbang sembalun lawang -
pelawangan sembalun-puncak rinjani memakan waktu 9 - 10 jam. Jalur ini sangat
dramatis dan mengesankan trail wisata yang anda lalui merupakan padang savana
dan punggung gunung yang berliku-liku dengan jurang disebelah kiri dan kanan
jalur.
Dibandingkan jalur senaru, jalur pendakian ini tidak terlalu curam, namun
karena didominasi oleh padang savana menjadikan perjalanan anda bermandikan
peluh oleh teriknya matahari yang menyengat, namun semua itu akan sirna saat
anda dibuat terpana oleh indahnya pemandangan padang dan hutan yang luas
sepanjang lembah-lembah nan hijau disebelah timur Gunung Rinjani, bahkan mata
anda akan dimanjakan oleh indahnya selat Alas dan Pulau Sumbawa di kejauhan.
Setelah tiba di puncak Rinjani anda bisa beristirahat sejenak sembari menikmati
panorama alam dan berbangga diri telah menginjakkan kaki disalah satu kaki
langit di Indonesia serta menimbulkan rasa kekaguman akan ciptaan Tuhan.
Jalur Torean
Sepanjang jalur ini, dari Desa Torean menuju kali Tiu (batas TNGR) yang
merupakan Pos I pendakian dapat dijumpai ladang, padang pengembalaan,
perkebunan dan merupakan kawasan Hutan Produksi. Kemiringan 20 -45% jarak desa
Torean dengan batas TNGR (Pos I) ± Km 5,00 Km dengan kemiringan ±10-30%.
Flora yang dapat dijumpai yakni: Bajur, Klokos Udang, Rotan Hutan, Bangsal,
Lengsir, Jambu, Bunut, Blimbing Hutan, Juwet, Paku-pakuan, Ketimunan, Rajumas,
Tapan Dawa. Sedangkan Fauna yang dapat dijumpai yakni: beberapa jenis burung
(perkici, Daweuh, Kecial, Srigunting).
Jarak dari Pos III Torean menuju ke Plawangan Torean± 3,50 Km dengan
kemiringan ± 30 -40%, sepanjang perjalanan kita akan berada dalam apitan 2
buah gunung dan kita juga dapat menikmati aliran sungai (Kokok) Putih
Gunung
Kerinci
Gunung Kerinci adalah gunung kedua tertinggi di Indonesia setelah Puncak Jaya
Wijaya. Banyak cerita / legenda yang cukup menarik di sekitar Taman Nasional
Kerinci-Seblat. Selain itu juga gunung ini menyuguhkan pemandangan yang sangat
indah, dimana kita juga dapat melihat Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau
tertinggi di Asia Tenggara.
Pencapain ke lokasi :
Dari Jakarta / P Jawa - Jambi / Padang
--> turun di Terminal Bangko
Terminal Bangko - Sungai Penuh (naik Colt selama 4-5 jam)
Sungai Penuh - Kayu Aro (naik angkot selama 1-2 jam)
Di Kayu Aro - Pos Pendaftaran (melintasi kebun teh selama 15 -30 menit jalan
kaki)
Pendakian
dimulai saat kita memasuki Pintu Rimba.
Pintu Rimba - Pos I
Pos I - Pos II
Pos II - Pos III (Salter I) ---> disini ada mata air terkahir untuk mengisi
perbekalan
Pos III - Pos IV (Salter II)
Pos IV - Pos V (Salter III)
---> batas vegetasi
Pos V - Puncak
Setiap pos bisa dicapai antara 1,5 - 2,5
jam perjalanan.
Gunung Agung
Gunung Agung yang
berada di Pulau Dewata ini sangatlah sakral buat masyarakat Bali, dimana banyak
dijadikan tempat untuk ritual keagamaan mereka, dikaki Gunung Agung terdapat
Candi Terbesar di Bali, yaitu Candi Besakih. Bila kita mendaki kegunung itu
dipinggiran hutanya masih terdapat kuil kecil tempat persembahan penguasa
Gunung Agung.
Pencapaian ke Gunung Agung :
Versi petualang (irit and
murah meriah )
Jakarta - Gubeng (Surabaya) --->
kereta ekonomi / bisnis
Gubeng - Banyuwangi ---> kereta ekonomi / bisnis (terminalnya dekat dgn
Pelabuhan Ketapang)
Pelabuhan Ketapang - Pelabuhan Gili Manuk (nyebrang pake kapal Fery)
Pelabuhan Gilimanuk - Terimanl Ubung (bali)
Terminal Ubung - Terminal Batu Bulan
Terminal Batu Bulan - Karang Asem ---> turun di pertigaan ke Besakih
Besakih - Pos Pendaftaran
Versi Wisatawan :
Jakarta - Bali (Terminal Ubung)
Terminal Ubung - Terminal Batu Bulan
Terminal Batu Bulan - Karang Asem ---> turun di pertigaan ke Besakih
Besakih - Pos Pendaftaran
Pendakian ke Puncak Gunung Agung membutuhkan waktu sekitar 8 jam, persediaan
air harus dibawa dari bawah karena tak ada mata air sepanjang jalurnya.
Hutannya tidak begitu lebat dan kering. Jalurnya cukup jelas dan enak. Sebelum
puncak akan dijumpai jalan pasir yg cukup menyulitkan sepanjang 50 meter.
Pemandangan sepanjang jalan biasa saja, keculai saat berada dikawasan puncak
cukup bagus.
Gunung
Tambora
GUNUNG
Tambora dengan ketinggian hanya 2.851 mdpl (meter di atas permukaan laut) mampu
memikat hati para pendaki dengan pesona
alamnya yang sangat unik. Maklum, selain panorama kawahnya yang memikat, gunung
ini adalah gunung tertinggi di Pulau Sumbawa.
Puncak
Tambora
Selama
ini hanya ada satu jalur pendakian Tambora yang dikenal dan biasa digunakan
oleh para pendaki, yaitu melalui Jalur Desa Pancasila, Kecamatan Calabai,
Kabupaten Dompu. Biasanya para pendaki naik dan turun melalui jalur ini. Sebenarnya
ada satu jalur lagi yang patut
dicoba, yaitu naik melalui jalur Desa Doro
Peti, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, dan turun melalui jalur Desa
Pancasila.
PENDAKIAN TAMBORA
Perjalanan ini akan kita mulai dari
Mataram, jikalau Anda dari Surabaya atau Jakarta. Anda dapat menggunakan jalur
darat maupun udara menuju Mataram.
Rute Mataram-Dompu
:
Dapat
Menggunakan bis malam AC yang berangkat dari Terminal Mandalika, di
Bertais, Cakranegara setiap Jam 15.30. Terdapat beberapa perusahaan bis.
Hati-hati dalam bernegosiasi dengan para calo bis di terminal ini. Sebaiknya
anda langsung berhubungan dengan karyawan PO bus, daripada menghabiskan waktu
bersitegang dengan para calo Terminal Mandalika Harga berkisar antara
Rp.120.000-150.000 (Agustus 2009), jika anda penawar harga yang ulet, anda bisa
mendapatkan harga Rp. 120.000.
Rute Dompu-Doropeti
:
Bis
dari Mataram akan masuk terminal Ginte, Dompu, sekitar pukul 04.00 Subuh,
anda harus menunggu angkutan yang akan berangkat menuju Doropeti, dengan tujuan
akhir sampai Calabai. Tarif Dompu-Doropeti sebesar Rp. 20.000
(Agustus 2009), sedangkan jika sampai Calabai tarifnya sekitar Rp.30.000.
Angkutan ini biasanya sangat penuh, agar mendapat tempat duduk di dalam bis,
anda sebaiknya sudah masuk kedalam bis sejak bis pertama kali datang sekitar pukul
7.30 pagi. Bus ini akan berangkat sekitar pukul 08.30-09.00 Pagi. Perjalanan
akan berkisar 6-7 Jam. Turun di depan Puskesmas Pembantu Desa Doropeti
Rute DesaPancasila-Dompu:
Bis
untuk jurusan ini hanya tersedia 2 kali sehari, pukul 07:00 pagi dan pukul
15:00, bus yang biasanya berangkat pagi akan sangat sarat penumpang, seringkali
penumpang yang duduk diatas kap bus jauh lebih banyak daripada penumpang yang
ada di dalam bus. Tarif Rp. 35.000 (Agustus 2009), Baik yang duduk diatas kap,
maupun di dalam bus, tidak ada perbedaan tarif.
Jalur Pendakian
Pancasila
adalah nama kampung di kaki barat laut Gunung Tambora yang merupakan salah satu
titik awal pendakian Gunung Tambora. Dari desa ini pendaki akan melewati jalur
truk yang membawa kayu gelondongan. Untuk tiba di Pintu Hutan dari Desa
Pancasila membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Kemudian akan sampai pada sebuah
jalan kecil yang landai yang akan membawa para pendaki masuk kedalam hutan.
Setelah beberapa lama berjalan, pendaki akan sampai di shelter Hingga akhirnya
setelah menempuh sekitar 1 jam perjalan, Anda akan tiba di Pos 1. Di tempat ini
Anda bisa beristirahat sejenak. Sumber air berada kira-kira 10 meter di sisi
kiri jalan setapak yaitu berupa aliran air dari pipa pralon yang ditampung
didalam drum plastik yang juga menjadi sumber air penduduk desa di kaki Gunung
Tambora.
Dalam
perjalanan menuju pos selanjutnya, karakter medan pendakian
tidak banyak berbeda dengan sebelumnya yaitu masih landai, sesekali menanjak
dengan vegetasi semak belukar yang cukup lembab. Namun, pada saat melintasi
jalan setapak ini Anda harus waspada, karena populasi pacet yang cukup banyak
siap mengintai Anda. Kemudian Anda juga harus berhati-hati begitu melintasi
hutan yang pohonnya cukup besar-besar karena di beberapa tempat jalan setapak
tampak seperti bercabang. Dan setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari
pos sebelumnya Anda akan menjumpai sebuah pondok sederhana yang terbuat dari
kayu dan beratapkan seng. Itu artinya Anda telah tiba di Pos 2. Sebagaimana di
Pos 1, disinipun terdapat sumber air yang cukup yaitu berupa aliran sungai
kecil yang letaknya juga tidak jauh dari pos.
Untuk
menuju pos selanjutnya, dari Pos 2 jalur pendakin turun menuju sungai kecil.
Setelah menyeberanginya kemudian jalur menanjak cukup terjal dan kembali landai
dengan vegetasi hutan yang cukup lembab. Jika beruntung, Anda juga dapat
menjumpai ayam hutan di sepanjang jalur ini. Anda akan terus melalui jalan
setapak yang cukup bervariasi, landai dan sesekali menanjak serta harus
melintasi beberapa pohon yang tumbang. Sampai kira-kira satu setengah jam
perjalanan Anda akan melalui areal yang banyak ditumbuhi tanaman ilalang dan itu
artinya Pos 3 sudah tidak jauh lagi. Di tempat ini juga terdapat pondok
sederhana semacam rumah panggung yang berdinding setengah dan beratapkan seng.
Areal sekitarnya cukup datar dan luasnya kira-kira dapat menampung 15 tenda
dengan kapasitas 3-4 orang. Disini juga terdapat sumber air bersih yang
letaknya kira-kira 250 meter dari pos. Itulah sebabnya pos ini biasa dijadikan
sebagai pos terakhir atau tempat bermalam sebelum melanjutkan pendakian
menuju bibir kawah atau puncak Gunung Tambora dini hari keesokan harinya.
Biasanya pendakian menuju puncak dilakukan mulai pukul 01.30 atau dini hari,
sebagaimana halnya yang saya lakukan. Untuk menuju puncak biasanya para pendaki
hanya membawa perbekalan yang ringan-ringan saja sedangkan yang lainnya
ditinggalkan di pos tersebut.
Summit Attack
Perjalanan menuju Pos 4 selepas pos
sebelumnya, Anda akan menemui salah satu keunikan dari Gunung Tambora yaitu
vegetasi hutan jelatang atau daun pulus. Tanaman yang daun dan batangnya penuh
ditumbuhi duri halus itu akan membuat kulit Anda terasa gatal dan panas jika
tersentuh. Untuk menghindarinya gunakanlah pakaian yang menutupi tubuh Anda.
Hutan jelatang tersebut banyak tumbuh sepanjang jalur pendakian antara Pos 3
dengan Pos 4 yang dapat ditempuh sekitar 30 menit. Arealnya cukup datar berada
di antara hutan pinus. Dalam perjalanan menuju pos selanjutnya yang juga dapat
ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit, hutan jelatang sudah mulai berkurang dan
berganti dengan vegetasi ilalang serta pohon-pohon kecil. Di beberapa tempat
arealnya lebih terbuka. Pada saat cuaca cerah di sebelah barat Anda dapat
melihat pemandangan Gunung Rinjani, Pulau Moyo dan
Pulau Satonda. Areal di Pos 5 cukup terlindung dari angin karena pohon-pohon
yang mengelilingina. Disini juga terdapat pondok sederhana.
Kemudian
pendakian menuju bibir kawah atau puncak kembali dilanjutkan. Semakin mendekati
zona puncak perlahan-lahan vegetasi berubah dari pepohonan menjadi jenis
tanaman semak dan perdu. Jalur pendakian yang menanjak melingkar berkelok-kelok
mengikuti alur punggungan beberapa bukit yang terasa lebih panjang. Namun,
pemandangan yang indah dan menakjubkan sudah bisa Anda lihat di sepanjang jalur
ini. Tampak dikejauhan puncak Gunung Tambora yang berwarna kecoklatan dan
tandus. Sedangkan di sebelah Barat tampak lautan dengan pulau-pulau yang berada
disekitar Pulau Sumbawa. Menjelang pagi terdengar kokok suara ayam hutan
bersahut-sahutan. Semakin mendekati bibir kawah jalan setapak yang dilalui
berpasir dan berbatu-batu. Setelah melintasi sekumpulan pohon cemara terakhir,
Anda akan tiba di medan yang berpasir dan artinya kawasan bibir kawah sudah
semakin dekat. Hingga akhirnya Anda akan melihat sebuah pemandangan yang
fenomenal dan spektakuler. Sebuah kawah raksasa terbentang luas di hadapan
Anda.
Pada
sebagian dasar kawah tersebut terlihat rerumputan yang tumbuh. Sebuah gunung
api kecil yang berada di tengah-tengah kawah semakin menambah eksotis dan
spektakulernya Kawah Tambora. Dalam bahasa Bima gunung api tersebut disebut
Doro Afi Toi yang artinya gunung api kecil. Pemandangan dinding-dinding kawah
yang menjulang tinggi tersebut juga sungguh memukau. Lapisan-lapisan dindingnya
menunjukkan betapa dahsyatnya letusan saat itu.
Waktu yang tepat untuk Pendakian:
Sebaiknya
pendakian Tambora dilakukan antara bulan Juli-September, diawal musim kemarau.
Pada musim hujan, cuaca disekitar kaldera dan puncak tambora sangat sulit
diprediksi. Cuaca yang ekstrim bisa menunda dan membahayakan pendakian
Dasyatnya Tambora
Gunung Tambora termasuk tipe gunung strato vulkanik, gunung tersebut
diperkirakan mencapai lebih dari 4.000 mdpl terkenal dengan peristiwa pada
tanggal 5 April 1815 letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. Ledakan
dahsyat tersebut menyebabkan Gunung Tambora dengan ketinggaian di atas 4.000
mdpl menjadi 2.851 mdpl.
Debu halus yang disemburkan dari
letusan Gunung Tambora menutupi langit di atas wilayah yang luas sekali dengan
radius 200 mil yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi hujan abu di kawasan
seluas 900 mil. Pada tanggal 10 dan 11 April 1815 dentuman letusan Gunung
Tambora terdengar sampai ke Pulau Bangka (1.500 kilometer) dan Bengkulu (1.775
kilometer) dan gempa bumi yang terjadi bersamaan dengan letusan gunung ini
terdengar sampai Surabaya (600 kilometer) dan mengakibatkan 92.000 orang
meninggal dunia
Gunung
Nokilalaki
Gunung Nokilalaki mempunyai ketinggian 2.355 Mdlp, berada di kec. Palolo, Desa
Tongoa, Kab. Donggala, yang berjarak lebih kurang 62 Km dari kota Palu. Flora
yang terkenal yaitu Ekualiptus dan Rotan, sedangkan faunanya Anoa, Kupu-kupu,
Monyet dan berbagai jenis burung.
Pencapain ke Gunung Nokilalaki :
Dari Terminal Panaikang naek bis menuju Palu , dari terminal Masomba (Palu)
naek mobil ke daerah Palolo, turun di kaki gunung trus lanjut pendakian menuju
puncak.
Keadaan jalur tiap pos
:
J alur menuju pos 1 melalui hutan rapat dgn jln yg cukup licin karna lumut,
sepanjang jln jg terdengar aliran air yg mengalir, perjalanan ke pos 1 memakan
waktu sekitar 1 jam. Perjalanan ke pos 2 di lalui dengan menelusuri sungai
kecil sampai sekitar 1500 meter, dari sini mulai menjauhi sungai dengan
menerobos hutan berjalan melalui sela2 pohon dan rotan, kemudian tiba di pos 2
dalam waktu 4-5 jam. Di pos 2 terdapat basecamp.
Dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 1 jam (Salter). Dari Pos 3 menuju puncak akan
dijumpai sebuah danau yg bernama Danau Lindu dan
sebelah kiri terdapat sebuah bukit. Selama kurang lebih 3-4 jam perjalanan akan
kita gapai puncak Gunung Nokilalaki.
Waktu yang di habiskan dari Puncak ke kaki gunung sekitar 6 jam, dari kaki
gunung berjalan kembali ke jln raya tempat untuk menunggu angkot kembali ke
Palu. Seasaat inging mendaki dan setelah melakukan pendakian harus melapor pada
pos penjaga kehutanan yg berada di kaki gunung.
Perjalanan dari kaki gunung langsung ke palu di tempuh sekitar 2 jam.
NB : Keadaan jalurnya tidak begitu jelas, trus adalagi dlm LPJ di lampirkan
surat rekomdasi (mungkin perlu) dari Direktorat SosPol Pemerintah prod, DT I
Sulsel dan Palu , surat keterangan jln dari Polda, rekomendasi dari Dep,
Kehutanan.
Gunung
Gamalama
Pencapaian Lokasi
Pendakian
pertama dimulai dari G.Gamalama, gunung ini sudah beberapa kali meletus,
terakhir tgl 1 Agustus 2003 yang lalu. Untuk mencapainya kita harus menuju
P.Ternate terlebih dahulu. Ada 2 pilihan untuk menuju Ternate yaitu dengan
pesawat udara atau dengan kapal laut. Untuk pesawat udara biasanya trayek yang
dilalui adalah makassar-ternate atau menado-ternate. Saat melakukan pendakian
penulis terpaksa harus melalui jalur laut dari manado ke ternate karena bandara
Sultan Baabulah tertutup abu letusan setebal 10 cm.
Untuk
melakukan pendakian ke G.Gamalama (1715 m dpl), kita harus menuju desa Moya
(200 m dpl). Ada cukup banyak angkutan yang menuju desa tsb dari dari
terminal/pasar Gamalama, perjalanan menuju Moya memerlukan waktu 30 menit
dengan tarif per orang Rp.1200. Sebenarnya ada beberapa jalur lain menuju
puncak yaitu via malikurubu ,akehuda, dll, tapi berdasarkan informasi yang
didapat Moya merupakan jalur termudah walaupun sedikit lama.
Perjalanan
MoyaPOS
Setelah melapor pada Bp.Djamaludin (Penjaga Gunung) dan mendapat izin maka
pendakian pun dimulai tepat jam 06:00 WIT, medan yang dilalui masih berupa
kebun cengkeh dan pala. Kondisi jalan masih cukup mudah untuk dilalui dengan
kemiringan 15-45 derajat, beberapa kali melipir tebing dan menyebrang bekas
sungai yang sudah kering. Setelah 1.5 jam perjalanan dan beberapa kali salah
jalan (maklum jalan sendirian) akhirnya penulis sampai di hutan bambu yang
menurut keterangan adalah POS I. Disini dapat ditemukan sebuah rumah dari bambu
yang sering digunakan oleh warga apabila kemalaman dihutan. Dari sini kita
dapat melihat ke bawah dengan jelas, tampak jelas P. Maitara dengan latar
belakan G.Kiematubo. POS I - POS II (Mata Air Abras)
Perjalanan dilanjutkan menuju POS II, kondisi medan mulai tertutup. Pada etape
ini kontur jalan mulai turun-naik melipir punggungan gunung. Menurut keterangan
penduduk dari Moya-Puncak ada kurang lebih 7 punggungan yg dilalui. Rute yg
dilalui seolah-olah mengitari Gunung dari arah kiri. Dalam perjalanan kita akan
melalui sebuah aliran sungai yang sudah kering. Perjalanan menuju POS II
memakan waktukuranglebih1jam.
POS II – POS III (PuncakPalsu)
Di POS II ini jalan bercabang menjadi 3, yang pertama menanjak ke kanan menuju
puncak, yang kedua menurun ke kiri menuju desa Malikurubu, sementara yang lurus
menuju mata air abras. Mata air ini oleh penduduk setempat diibaratkan sebagai
air zam-zam, karena bagi mereka mendaki G.Gamalama sama dengan naik haji (ini
mirip dengan G.Bawakaraeng di Sulsel). Di tempat ini pulalah artis Dorce Gamalama
pernah bermalam pada saat melakukan pendakian. Informasi yang didapat beliau
mendaki ditemani kurang lebih 150 warga desa. Kira-kira 10 menit dari POS II
ini kita akan melalui `terowongan alam' berupa hutan bambu dengan ketinggian
1.5 m. Yang menyulitkan adalah bambu-bambu tsb tidak tumbuh ke atas melainkan
melintang menutupi jalan. Kondisi terowongan tsb saat ini tidak terlalu sulit
dilalui karena sering dilakukan pembersihan jalur oleh para pendaki dan warga
setempat. Dahulu untuk melewati terowongan sepanjang 1 km tsb para pendaki
harus berjalan jongkok, bahkan di beberapa tempat harus tiarap. Ditengah
perjalanan kita akan sampai di suatu tempat yang agak terbuka dari sini Puncak
G.Gamalama terlihat dengan jelas dihadapan kita. Di tempat ini penulis bertemu
dengan seorang warga desa yang sedang melakukan `prosesi ritual', menurut
beliau bagi orang yang `bisa melihat' tempat ini merupakan pintu gerbang ke
`alam lain'. Selanjutnya kondisi medan mulai berubah menjadi batuan bekas
muntahan lahar. Kita harus terus mengikuti alur batu-batuan menuju puncak
(palsu) di sebelah kiri. Lama perjalan dari POS II kurang lebih 1 jam.
POS III – Puncak
Di Puncak Palsu ini kita akan menemui 7 buah kuburan yang sering di ziarahi
oleh warga setempat. Tidak didapat informasi yang jelas tentang siapa yang
dikuburkan di sini. Dari sini pemandangan ke arah Timur sangat indah, tidak
berapa jauh tampak Puncak Kiematubo yang ditutupi awan. Perjalanan di lanjutkan
menuju Puncak, dari tempat ini kita harus turun dulu kearah lembah baru
kemudian naik kembali dari dari sisi sebelah kiri. Kondisi medan berupa batuan
lahar yang masih panas dan labil, asap yang keluar
terus-menerus dari batu-batu tsb membuat kita harus berhati-hati. Perjalanan
menuju puncak kurang lebih 1 jam. Kondisi Puncak yang selalu ditutupi uap
belerang dari kawah ditambah angin yang sangat keras memaksa kita untuk tidak
berlama-lama. Di Puncak sebelah kanan dapat kita temui batu sebesar Pos Satpam
yang sering dijadikan tempat untuk berfoto.
Untuk turun kembali ke desa Moya hanya dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Selama
pendakian hanya dijumpai 1 mata air. Tidak terlihat adanya tanda-tanda binatang
buas. Makanan maupun minuman sebaiknya disiapkan dari kota Ternate, hanya ada 1
warung kecil di desa Moya yang tidak begitu lengkap.
Lain – lain
Ada beberapa tempat menarik yang bisa dilihat di P. Ternate antara lain :
Benteng Kalumata : Benteng pertahanan
yg terletak di pinggir pantai.
Cengkeh Afo : Pohon cengkeh berusia 600
th yg merupakan cengkeh tertua didunia (sayang sekali saat ini pohon tsb sudah
mati).
Sulamadaha : Tempat yg bagus untuk
snorkling.
Tolire Lamo : Danau Besar yg menurut
legenda masyarakat setempat adalah desa yang tenggelam.
Batu angus : Batuan hitam di dekat
pantai yang merupakan sisa letusan G.gamalama th 1968.
Keraton Sultan Ternate : Di dalamnya
ada mahkota kerajaan yg ditumbuhi rambut yang setiap hari bertambah panjang
(sayang tidak boleh dilihat umum, menurut informasi baru boleh dilihat pada
saat upacara pemotongan yaitu 1 th sekali).
Gunung Latimojong
Pegunungan Latimojong terletak di
tengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan diapit 4 Kabupaten yaitu Tana Toraja di
Utara, Luwu di Timur, Sidrap di Selatan dan Enrekang di Barat, memiliki 8
puncak (Buttu/Buntu) yang memanjang dari Selatan ke Utara mulai dari
Buttu/Buntu Latimojong, Nenemori, Rantemario, Rante Kambola, Pokahpinjan,
Sikolong, Lapande dan Sinaji ketinggiannya bervariasi 2900 - 3400 mdpl,
tertinggi adalah Rantemario yang juga merupakan titik tertinggi
di Pulau Sulawei.
Jalur pendakian yang ada, biasanya
selama ini ke Rantemario. Dari Makassar naik Bus/Panter ke Enrekang, trus ke
Pasar Baraka, dari sana naik Hardtop ke Buntu Dea. dari Buntu Dea jalan kaki
sekitar 2 jam ke Desa Rantelemo, bisa nginap disana atau lanjut ke Dusun terakhir
sebelum pendakian yaitu Dusun Karangan.
Pendakian memakan waktu 3 hari sampai
ke puncak, bisaji 2 hari kalo ngebut, turunnya 1-2 hari.
Jalur lainnya, naik dari Dusun Bone-bone (di Baraka juga) menuju ke Pokahpinjan
trus ke Rantemario (tapi jalur ini jarang yang lalui. Ada juga jalur yang ke
Sikolong juga ke Sinaji.